Pemerintah Vs Terorisme


Sudah tidak dapat dielak lagi, Negara Indonesia saat ini dalam keadaan “kritis”. Indonesia banyak dirundung masalah dalam segala bidang. Baik dari segi agama, budaya, social, dan sebagainya. Termasuk yang sangat menyita waktu dan pikiran Indonesia saat ini adalah adanya terrorisme yang tak kunjung henti. Kita sebagai warga Indonesia tidak bisa lari ataupun sekedar acuh dengan terrorisme tersebut. Karena bagaimanapun terror sangat berbahaya dan bisa ditemukan di dekat kita.

Terrorisme, selain mengusik Negara Indonesia - khususnya di ranah politk-, terorisme juga sangat mengusik agama Islam yang ada di Negara Indonesia. Sehingga sangat wajar jika banyak artikel-artikel yang berupa opini maupun jenis artikel lainnya tentang teroris yang banyak dimuat dalam Koran, majalah, ataupun yang disiarkan lewat media massa lainnya. Seperti, televise, internet, dan sebagainya. Dari sekian banyak artikel yang dimuat tentang terrorisme, rata-rata pembahasan di dalamnya lebih ditekankan pada ranah hubungan antara terrorisme dan islam. Yang akhir kesimpulan dalam tulisan tersebut, sebagian besar menyatakan bahwa terrorisme tidaklah muncul dari islam. Terrorisme muncul dari pemahaman yang salah dari pribadi orang itu sendiri dalam memahami makna jihad dalam islam.
Namun selayaknya, selain memfokuskan pembahasan pada hubungan antara terorisme dan jihad, pentinglah kiranya kita juga menekankan pembahasan kita pada apa sebenarnya motif mereka melakukan terror dan bagaimana cara mengatasi aksi terror yang mereka lakukan. Karena selama penulis amati, kita cenderung/terjebak hanya memikirkan hubungan terror dengan agama, tanpa memikirkan aspek lain yang bisa jadi hal itu lebih penting dalam menuntaskan para teroris di sekitar kita. Dan saya kirta, langkah itu lebih aplikatif dalam memberantas adanya terror disekitar kita, tidak hanya teoritis. Misalnya dengan memperhatikan apa motif mereka melakukan terror tersebut. Dengan memeperhatikannya, kita justru bisa lebih bijak dalam menyikapi dan mencari solusi yang sangat sesuai untuk memberhentikan aksi terror mereka.
Secara kategoris, gerakan terrorisme dilihat dari aspek spiritnya, dapat dibedakan dalam beberapa kategori. Pertama, karena semangat nasionalisma. Dalam hal ini umumnya para pejuang kemerdekaan menggunakan kekerasan politk untuk melawan renzim penjajah. Kedua, semangat separatism. Kelompok separatis secara stereo tipe juga menempatkan kekerasan poltik sebagai model perjuangan bersenjata. Ketiga, semangat radikalisme agama. Kelompok-kelompok agama pun ditengarai menggunakan metode terror untuk memperjuangkan kepentingannya. Keempat, gerakan terrorisme yang didorong oleh spirit bisnis.
Di Negara kita Indonesia, dilihat dari aksi terror yang sudah ada, banyak motivasi yang melatar belakangi tindak terror tersebut. Pertama, yakni, semangat radikalisme dalam agama. Yang dengan semangat tersebut, mereka ingin menjadikan masyarakat muslim didalamnya sebagai pejuang sejati. Bahkan tidak hanya itu, mereka menginginkan formalisasi syari’ah islam dalam Negara Indonesia (khilafah). Yang dengan radikalismenya itu, mereka sering merasa dikecewakan dengan beberapa keputusan Negara yang berkaitan dengan hubungan antara negara dan orang-orang luar (Negara-negara barat). Seperti, penjualan indosat ke Australia, diizinkannya orang Amerika berkunjung ke Indonesia, dan lain sebagainya. Selain karena radikalisme yang melekat pada mereka, tak dapat dipungkiri juga bahwa, paradigma mereka dalam memandang masalah tersebut tidak lain karena rendahnya mutu sumber daya manusia para pelaku tindak terrorisme itu sendiri. Mereka memahami agama secara dangkal, mereka cenderung memahami agama melalui penafsirang yang tekstual.
Motif kedua, mereka dikecewakan dengan tidak becusnya pemerintah dalam mengurus Negara bahkan masalah internal pribadi merekapun tak kalah morat-maritnya. Yang banyak dibahas dalam pemerintahan saat ini tak lain adalah prseteruan antara perebutan kekuasaan, uang, dan sebagainya. Yang hal itu, sangat berpengaruh terhadap kewibawaan mereka dalam memerintah Negara. Sehingga, jika dalam internal pemerintahan saja sudah diwarnai dengan hal seperti itu, bagaimana dia akan mengatur masyarakat dibawahnya?. Bukankah teladan yang baik merupakan senjata ampuh dalam memimpin suatu komunitas?
Nah, dengan mengetahuinya kita terhadap motif besar adanya terrorisme di ndonesia, kita bisa menganalisa bagaimana cara yang paling sesuai untuk menanggulanginya. Misalnya dengan memberikan pemahaman kepada mereka apa dan bagaimana substansi islam yang sebenarnya, dan bagaimana islam diterapkan dalam peradaban di Indonesia yang merupakan agama yang rahmat lil alamin, namun tidak menghilangkan esensi dari agama itu sendiri. Karena sebenarnya niat mereka sangatlah baik, sebagaimana imam samudra dalam bukunya “aku melawan teroris”,

Tangismu wahai bayi-bayi tanpa kepala….dibentur di tembok-tembok Palestina… Jeritmu wahai bayi-bayi Afghanistan.. yang memanggil-manggilku tanpa lengan…. diekskusi bom-bom jahannam….milik stan Amerika dan sekutu… saat ayah bundamu menjalani Ramadhan! Ini aku, saudaramu…, ini aku datang dengan secuil bombing… kan kubalaskan sakit hatimu… kan kubalaskan darah-darahmu… darah dengan darah…nyawa dengan nyawa…, qishash!!
Dilihat dari ungkapan Imam Samudra diatas, betapa mulianya niat mereka dalam melaksanakan aksi terror. Yang belum tentu kita mempunyai niat semulia mereka, atau bahkan sekedar memikirkan mereka saudara kita disana. Hanya saja, mereka salah dalam memngimplementasikan atau mengaplikasikan niat mulia mereka. Nah, disinilah saya kira pemerintah atau pemimpin mempunyai tugas besar untuk merubah konsep jihad yang mereka pahami selama ini. Jangan sampai konsep itu dipertahankan atau dilestarikan dalam benak mereka, atau bahkan cucu-cucu mereka.
Dan yang lebih penting lagi, pemerintah jangan hanya mengkliam mereka sajalah yang salah. Mereka dipojokkan tiada henti, namun pemerintah sendiri yang seharusnya dapat menjadi teladan bagi rakyatnya, justru banyak melakukan hal-hal yang jauh dari tindakan islami ataupun agamawi yang ada di Indonesia. Bagaimana mungkin mereka akan menghilangkan tindak-tindak negative masyarakat mereka, sedang mereka sendiri masih kental dengan perbuatan yang mengandung nilai keji dan jahat. Anak kecillpun akan protes pada orang tuanya yang menyuruh mereka untuk segera tidur, sedang orang tua itu sendiri masih menikmati sajian televise yang ada. Hal ini sangat sesuai dengan ungkapan rasulullah dalam sebuah hadits, “Hasibu anfusakum qabla an tuhasabu”…
Sebenarnya masih banyak motif-motif lain yang melatar belakangi tindakan terror mereka. Namun, tidak mungkin semua penulis kaji dalam artikel pendek ini. Yang terakhir, saya yakin pada pemerintah - dengan banyaknya ilmu yang mereka punya-, mereka lebih tahu dan paham apa sebenarnya motif-motif mereka dan bagaiman cara terbaik memusnahkan mereka serta menanggulangi lahirnya terrorisme-terrorisme baru disekitar kita. Jangan hanya mencukupkan urusan kita dengan terrorisme setelah kita menemukan siapa pelaku terror tersebut. Tanpa kita meneliti lebih jauh segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Yang sangat memungkinkan setelah tertangkapnya satu terroris, lahirlah seribu terroris generasi penerus yang tak kalah tangguhnya.

“Wallahu a’lam bi ash-showab”

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Made with by Odd Themes

© 2013 Odd Themes, Inc. All rights reserved.