Kisah Kasih TKW di Taman Victoria

“Dhuha in Victoria” adalah salah satu karya terbaru penulis produktif, Taufiqurrahman al-Azizy. Buku ini menggambarkan akan keadaan dan aktivitas para tenaga kerja Indonesia (TKW) Indonesia yang banyak menikmati weekend-nya di taman Victoria.

Dalam karyanya ini penulis memfokuskan pada pemandangan “kencan” di antara para TKW. Kencan yang tidak seperti pada umumnya, yakni kaum adam dan hawa yang memadu kasih, namun kencan sesama jenis antara sesama kaum hawa atau yang biasa dikenal dengan istilah lesby.

Kisahnya, tersebutlah Linda, salah satu warga TKW yang seringkali menghabiskan waktunya di taman kota Victoria. Dia adalah seorang gadis remaja yang dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin jauh dari kecukupan. Dia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya telah lama meninggalkan mereka. Karena keadaan ekonomi yang terhimpit, Linda sebagai anak pertama bersikeras merantau ke Hong Kong demi sesuap nasi untuk kelangsungan hidup keluarganya.

Semakin hari, tekadnya semakin bulat. Terlebih ketika terngiang curahan hati adiknya, Laila. Untuk itu, beragam rayuan dilakukan kepada ibunya, Bu Jannatun, agar memberikan idzin padanya untuk menjadi TKW di Hong Kong, meskipun pada hakikatnya, tak mudah bagi seorang Linda meninggalkan desa tercintanya. Terlebih ketika dia mengingat kekasihnya Sandika.

Jalinan kasih mereka berawal di waktu Dhuha di sebuah dukuh kecil. Sandika dan Linda saling mencurahkan isi hatinya di sana. Semenjak itu, ikatan kasih dan cintanya terajut erat di antara mereka. Mereka berkomitmen untuk mempertahankan cinta walau rintangan sana sini tak kunjung enyah dari kisah cinta mereka. Mulai dari Ibu Jannatun yang merasa keluarga Sandika tidak pantas menjadi keluarga baru Linda karena kurang ramah dan sopan serta sampai Ibu Sandika yang menganggap Linda tidak pantas menjadi calon menantunya karena berasal dari keluarga yang berbeda. Semua itu tidak mereka hiraukan, hingga akhirnya batu besar dekat pohon trembesi di dukuh kecil yang biasa menjadi tempat mereka bertemu setiap dhuha, menjadi saksi bisu atas isak tangis pamit perpisahan di antara mereka karena Linda berpamitan akan bekerja di Hong Kong demi keluarganya.

Namun, beberapa bulan setelah kejadian itu, hal tak diinginkan terjadi. Laila menyarankan agar sang kakak segera menjauhi Sandika dan tidak mengingatnya kembali, karena Laila diam-diam kepergok Sandika dan Rohaya menjalin kasih di belakang. Di atas batu yang dulu menjadi saksi kisah cinta Sandika dan Laila, secara sekilas Laila mendengar Sandika dan Rohaya sepakat untuk menjalin hubungan yang lebih dekat. Seketika itu, Laila memberi kabar yang sangat menyayat hati kakaknya tersebut.

Bertitik dari kejadian ini, Linda menjadi frustasi dan stress, hingga akhirnya Linda tidak percaya pada lelaki mana pun. Dalam keadaan seperti ini, datanglah Nadia dan kawan-kawan yang merasa memiliki nasib yang sama (dkhianati kaum pria), menghibur Linda. Seketika itu juga, tanpa ada keraguan sedikit pun dia langsung mengikrarkan diri untuk menjadi bagian dari kelompok mereka. Kelompok yang selalu menghabisakan weekend mereka dengan kencan sesama jenis. Padahal, beberapa hari sebelumnya ia sudah pernah ikut beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh kelompok diskusi dan pengajian agama TKW Indonesia di Victoria, yang dikoordinir oleh Siti. Siti benar-benar kecewa dan sangat menyayangkan pada berubahnya Linda. Maklum, Linda bisa dibilang menjadi “artis lokal” Indonesia di taman Victoria. Kecantikannya yang alami ala jawa Indonesia dan kecerdasannya, membuat kaum lesby terpukau. Bahkan, Nadia si Ratu Lesby yang banyak dicintai kaum hawa Indonesia di sana, juga jatuh hati pada si Linda.

Namun, malang tak dapat ditolak. Ternyata Laila selama ini hanyalah salah paham belaka. Apa yang sebenarnya terjadi antara Sandika dan Rohaya sebenarnya hanyalah intrik mereka menghadapi si Thohhar, pemuda desa yang sangat mencintai Rohaya. Hal ini dilakukan agar, si Thohhar tidak lagi mendekati Rohaya dan agar kedua orang tua Rohaya juga tidak menjodohkan Rohaya dengan si Thohhar. Rencana mereka sangat membuahkan hasil. Bahkan hasil yang benar-benar komplit. Hasil yang memuaskan dan yang mengecewakan. Memuaskan karena orang tua Rohaya tidak lagi memaksanya untuk menikahi si Thohhar lelaki hitam pilihan orang tuanya yang ia benci, dan hasil yang sungguh sangat mengecewakan salah pahamnya si Laila terhadap tindakan mereka, hal ini sangat berakibat fatal. Linda sudah benar-benar ingin melupakan Sandika. Dia sudah mencoreng nama Sandika dalam hatinya, bahkan pada semua pria yang ada. Kekecewaannya mengantarkan pada kasih Nadia yang selalu dia agungkan.

“Dhuha in Victoria”, tak hanya sekedar novel biasa. Secara tak langsung penulis juga menyelipkan banyak pengetahuan yang sangat bermanfaat, khususnya tentang Islam dan keadaan TKW di Victoria, Hong Kong. Penulis mengemasnya dalam permasalahan yang berkaitan dengan kisah dalam novel. Di sana juga tampak wajah Islam yang sangat kontras, dua wajah Islam yang seakan memang tak ada titik temu antar keduanya. Islam simbolis, yang tergambar dalam kelompok Siti dkk. Dan Islam substansial yang tergambar dalam Nadia dkk. Kendati demikian, tidak sedikit pun penulis menampakkan atau bahkan menjustifikasi manakah kelompok yang dia anggap benar. Dia memberikan kebebasan kepada pembaca untuk menilai sesuai dengan pendapat masing-masing.

Siraman rohani di setiap lika-liku kisahnya akan selalu dirasakan pembaca. Seperti di bagian; “Surat Terakhir Linda kepada Laila” (hal. 511). Di sana pembaca akan disadarkan akan adanya segala sesuatu di dunia fana ini yang hanya sekedar permainan belaka. Di sana pembaca juga diajarkan agar tidak menggantungkan kehidupan kita kecuali hanya pada-Nya. Allah lah tempat bergantungnya segala sesuatu. Selain itu, kita juga diajari untuk tulus melakukan segala sesuatu, tanpa memandang atau memilih siapa dan dari manakah orang itu berasal.

Dari sana kita sadar, bahwa Tuhan yang maha kuasa atas segala sesuatu saja sayang terhadap semua makhluknya, mengapa kita hamba yang maha lemah harus memilih-milih untuk melakukan kebaikan. Banyak sisi religiusitas lain yang terselip dalam setiap kisahnya. Seperti, nasehat Bu Jannatun kepada Linda ketika akan meninggalkan dukuh tercinta untuk bekerja di Hong Kong, nasehat Laila yang menyadarkan si Thohhar terhadap tingkah buruk yang ia lakukan selama ini, kisah Laila si Bintang Malam, yang selalu menghiasi malam di gubuk kecilnya dengan bermunajat kepada Tuhan, dan sebagainya.

Data Buku
Judul : Dhuha in Victoria
Penulis : Taufiqurrahman al-Azizy
Penerbit : Madania, Yogyakarta
Cetakan : I, Juli 2010
Tebal : 522 halaman
ISBN : 978-602-964-92-9-1

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Made with by Odd Themes

© 2013 Odd Themes, Inc. All rights reserved.