Inner Beauty is the Best, Kisah Metamorfosis Gendis


Bagi seorang laki-laki, memilih cewek atau bahkan pasangan hidup tak akan lepas dari keadaan fisik dari si perempuan atau calon—meskipun sebenarnya itu bukan satu-satunya pertimbangan. Masih ada pertimbangan yang lain yang harus dilihat, seperti keturunan, kecerdasan, akhlak dan lain-lain.

Namun, ungkapan “dari mata turun ke hati” tak dapat di pungkiri. Benar! Bukan dari hati atau dari akal naik ke mata. Sebagaimana yang diungkapkan Quraish Shihab dalam bukunya “Pengantin Perempuan”; “dari pandangan kemudian senyuman, dari senyuman kemudian berbicara, dari berbicara kemudian buat janji dan kemudian bertemu”.

Meskipun demikian, bukan berarti fisik perlu “dituhankan”. Apalah arti dari wajah cantik, manis, fisik bagus bak gitar spanyol, namun inner beauty (kecantikan batin) tak muncul dari dalam diri cewek atau calon. Semua yang berasal dari fisik, seperti kecantikan dan sebagainya tidak akan abadi, tidak akan pernah awet. Bahkan besar kemungkinan—kalau tidak mau dibilang pasti—, semua itu akan sirna, tak menyisakan bekas, jika dibandingkan dengan akhlak atau perangai yang baik. Demikian pula sebaliknya, andai fisiknya tidak menjanjikan dan tubuh tak seindah gitar spanyol, namun akhlak atau inner beauty menghiasi dirinya, maka otomatis wanita tersebut akan menjadi cantik.

Hemat saya, cantik fisik tidak mutlak ditentukan oleh wajah kita. Akan tetapi bagaimana kita bisa merawatnya. Membuat apa yang kita miliki menjadi lebih bersih, rapi, dan indah. Sehingga semua mata tertuju padanya. Tak kan pernah bosan untuk menatapnya. Terlebih kita sebagai seorang muslim. Kita merupakan cermin dari ajaran agama kita. Allah berfirman dalam hadis qudsinya, “Allah itu indah dan menyukai keindahan”.

Gambaran di atas, dapat kita temukan atau yang terjadi dalam novel “Metamorfosis Gendis”. Novel ini menggambarkan tentang bagaimana tak dapat dielakkan bahwa seorang cowok dalam memilih pasangan tidak lepas dari kecantikan fisik.

Tokoh utama dalam novel adalah Gendis. Gendis digambarkan sebagia sosok cewek yang tak berpenampilan, namun cerdas. Cewek yang pasti melahap makanan tanpa sisa jika sudah ada di depannya. Dalam hitungan sepersepuluh detik, makanan pastilah dibuangnya ke dalam “tong sampah pribadinya”. Tak heran jika dengan tinggi tubuh 170 cm, dia mempunyai berat badan 100 kg.

Di keluarganya pun dia menjadi buah bibir dalam kesehariannya. Lebih-lebih si Agnes, kakak kandungnya, tak satu menit pun dia mau berdamai soal tubuh, jika lagi ngumpul bareng si Gendis.

Meskipun demikian, Gendis lebih encer dari kakaknya, Agnes. Sehingga tak jarang teman kelasnya nyontek sama dia ketika ada PR. Dia memang cerdas, baik hati, dan friendly. Namun, berat tubuh yang tidak sewajarnya membuat dia banyak dikibuli teman-temannya. Bahkan ada yang tega dengan sengaja memainkan perasaannya hanya untuk memanfaatkan kepintarannya.

Tiga Arjuna Gendis
Dion, Bimo, dan David, merekalah tiga arjuna yang mewarnai kehidupan Gendis. Bak variasi warna, mereka pun mewarnai kehidupan Gendis dengan warna yang sangat kontras. Sebagian ada yang menjadikan warna pink menjadi pilihan. Dia menjadikan hati gendis laksana taman bunga yang tak kan pernah gersang karena siraman kasih sayang disetiap waktu. Namun ada pula yang dengan sengaja dan tega mewarnainya dengan tinta hitam kelam dan menyesakkan. Sehingga membuat hari-hari Gendis sepi tanpa senyuman.

Siapa yang berhasil mendapatkan hati Gendis? Dari tiga arjuna Gendis yang “ngemis” untuk dikasihani, dengan dibalut rasa bingung Gendis akhirnya memilih Dion yang memang dari awal sudah menaruh hati pada Gendis.

Proses penerimaan dion menjadi do’i Gendis terlihat unik; Dion datang berkuda dan bertopeng sambil membawa sebuah bunga, yang akhirnya dikasihkan padanya di sebuah taman, begitu dalam mimpi Gendis sebelum pasti menerima Dion (hal. 150-152).

Selain mengisahkan tentang cara unik tiga arjuna “berteman” dengan Gendis, dengan bahasa yang ngalir dan mudah dipahami novel ini juga menceritakan tentang kisah bagaimana si Gendis menghadapi tubuh tak wajarnya. Banyak orang yang terlibat dalam metamorfosis tubuhnya. Benar-benar unik!

Penokohan dan penggambaran keadaan di dalamnya membuat kita seakan-akan ikut hadir dan berperan dalam metamorfosisnya. Selain itu, dari novel ini banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari kehidupannya. Baik dari segi persahabatan, percintaan, pentingnya keindahan, kasih sayang keluarga, dan sebagainya. Dan yang terpenting tanpa terkesan menggurui dan tidak meghilangkan aroma novel di dalamnnya.

Dan akhir kata, membaca novel ini ngak bakalan rugi. Kita bakal tenggelam di dalam alur ceritanya dan tak dirasa akhirnya selesai. Selamat berlabuh!

Data Buku
Judul : Metamorfosis Gendis
Penulis : Butet Benny Manurung
Penerbit : Leutika Yogyakarta
Cetakan : I, 2010
Tebal : x + 158 halaman
ISBN : 978-602-8597-04-3
Harga : Rp. 29.000,00

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Made with by Odd Themes

© 2013 Odd Themes, Inc. All rights reserved.