Bumiku Sayang, Bumiku Cinta

“Bumi 2082....”


“Apakah kita begitu sukanya bermain-main hingga mendahulukannya di atas tanggung jawab pada masa depan planet ini? Aku Cuma bilang kalau itu pertanyaan bagus.”

Itulah salah satu kutipan kalimat dalam novel karya Jostien Gaarder, Dunia Anna. Pertanyaan untuk kita, sebagai manusia yang dengan puasnya menikmati beragam fasilitas elektronik, mesin dengan seenaknya tanpa memikirkan akibatnya untuk anak cucu kita mendatang. Tak dibayangkan bagaimana usia bumi di tahun itu. Saat ini, 67 tahun sebelum  waktu itu datang bumipun mulai menunjukkan ketidak ramahannya. Cuaca yang bersih sejuk, bebas polusi, mulai sulit dinikmati. Hewan, tumbuhan, sedikit demi sedikit mulai langka dan bahkan sebagian hilang keberadaannnya. Ketidak ramahan yang sebenarnya ditimbulkan oleh salah satu penghuni buimi itu sendiri, manusia.

Hadirnya novel ini sangat istimewa. Ditengah yang lain sibuk membicarakan tentang bisnis, fashion, entertaint, tehnologi, dan sebagainya, novel ini justru hadir menyadarkan kita tentang tugas dan kewajiban kita sebagai manusia dalam merawat bumi dan semesta. lewat daya imajinasi tinggi sang penulis, novel filsafat semesta dan manusia ini mampu menyihir sang pembaca masuk dalam kurun waktu atau bahkan dunia yang berbeda.

Anna, seorang remaja berusia 16 tahun yang mempunyai daya imajinasi sangat tinggi. Seringkali apa yang keluar dari mulutnya membuat orang-orang terpukau atau bahkan dianggap sesuatu yang aneh dan tidak masuk akal. Hal ini membuat keluarga sepakat untuk membawa Anna ke psikiater, walaupun Anna sendiri tidak merasa dirinya sedang sakit. Namun alangkah terkejutnya, ketika sang psikiater, dr. Benjamin justru menganggap itu sebuah keistimewaan. Daya imajinasi yang sangat jarang dimiliki oleh setiap orang.

Dengan keistimewaannya ini, Anna juga menulis surat untuk sang cicit Nova di tahun 2082. Sungguh hal yang sangat misterius. Bagaimana mungkin, Anna yang ketika itu masih  berusia 16 tahun dia mengetahui bahwa kelak akan mempunyai cicit yang bernama Nova. Tidak hanya itu, di surat elektroniknya untuk sang cicit, Anna dapat merasakan keresahan Nova, menggambarkan keadaan bumi di  usia Nova yang menginjak remaja, tahun 2082. Bumi yang sudah hilang keindahannya, spesies-spesies yang punah, tanah yang tenggelam, kutub yang meleleh, isi bumi yang tak tersisa, dan lainnya. Bahkan tidak jarang, dalam hidup kesehariannya, Anna merasa mempunyai peran ganda. Adakalanya dia menjadi dirinya sendiri, Anna. Dan tak jarang dia menganggap bahwa dirinya adalah Nova. Seuatu yang sangat membingungkan.

Belum lagi, kisah cincin misterius yang melingkar di jari lentik Anna. Cincin pemberian tante Sunniva, cincin turun temurun yang dipercaya memiliki kelebihan. Cincin yang bahkan tidak jelas asal muasalnya.

Hingga akhirnya Nova sang cicit dalam imajinasi Anna, protes besar-besaran pada sang nenek buyut, atas rusaknya bumi yang tak lain diakibatkan oleh tidak bertanggungjawab nya generasi-generasi terdahulu, termasuk generasi nenek buyutnya Anna, saat ini. Generasi 70-an tahun sebelum Nova Lahir. Lewat protes sang cicit ini, Anna berusaha untuk melakukan segala hal demi lestarinya bumi di usia puluhan tahun mendatang. Bersama Jonas, pacar Anna dia melakukan aksi dengan mengumpulkan segala artikel mengenai eksistensi bumi dan semesta. Merasa sangat iba dengan keadaan bumi di usia mendatang dan benar-benar merasa tanggung jawab atas beribu protes yang dilontarkan Nova sang cicit untuknya.

Nah, di sinilah kehebatan sang penulis Joestin Gaarder yang sudah menjadi ciri khasnya. Lewat novel filsafat-imajinatif, dia mampu menyadarkan kita akan eksistensi bumi dan manusia. Tidak hanya menyadarkan, penulis juga memberikan contoh aksi nyata kita dalam melestarikan bumi, yang dilakukan oleh Anna dan Johan.

Pertama mereka mengkliping segala sesuatu yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan. Mereka mendirikan organisasi peduli lingkungan, dengan segala kegiatan yang mendukung di dalamnya. Sampai pada planning mereka yang suatu saat akan ada mesin “otomat hijau” di pojok-pojok jalan, stasiun-stasiun, bandara, mall, dan seluruh penjuru dunia lainnya. Dengan mesin otomat hijau, orang-orang bisa menggesekkan kartu dan memasukkan kode spesies yang akan dibantu. Kemudian video berkualitas tentang spesies tersebut ditampilkan. Sistemnya, semacam TV berbayar. Sungguh indah, bukan?. Sesuatu yang seakan tak mungkin, namun dapat terjadi sebagai tanggung jawab kita sebagai penghuni bumi saat ini.

Yang tak kalah menarik, penulis juga membumbui novel ini dengan kisah roman ala remaja yang nyata. Tak berlebihan, namun sangat terasa. Sedikit, namun sangat mewakili. Bagaimana Jonas dan Anna ketika berbicara, berinteraksi, dan bagaimana bahasa tubuh mereka yang terkesan keromantisannya.

 Namun  segala sesuatu tak ada yang sempurna. Pun demikian dengan  novel “Dunia Anna” ini. Menurut peresensi, novel ini tidak bisa dinikmati oleh kalangan luas. Jenis novel yang berbau filsafat dan perenungan akan eksistensi bumi dan semesta menjadi penyebabnya. Bacaan yang bisa dibilang tidak sederhana dan butuh sedikit waktu untuk memahaminya. Ditambah lagi dengan dunia hayal yang sangat tinggi. Kita diajak untuk sejenak “pergi” dari dunia nyata kita. Dan sekali lagi, ini tidak mudah. Seringkali peresensi bingung, “ini di dunia yang mana, ya?” Akan tetapi, hal ini tidak demikian dengan orang yang sudah bersahabat dengan novel-novel fantasi filsafat.

Novel yang sangt dianjurkan bagi kita generasi muda, sebagai penanggung jawab dari indahnya bumi yang kita nikmati. Jangan sampai kita dituntut oleh anak cucu kita karena mereka tidak bisa menikmati apa yang kita nikmati sekarang dari indahnya bumi dan semesta. Walaupun ternyata hal itu sebuah keniscayaan untuk zaman sekarang, paling tidak kita dapat meminimalisir kerusakan bumi di puluhan atau bahkan ratusan tahun mendatang. Tak perlu menunggu waktu, tak perlu menunggu siapa. Mulailah saat ini dan dari diri kita sendiri.  Semoga Bermanfa’at.! J


Judul               : Dunia Anna

Penulis             : Joestin Gaardeer

Cetakan           : II (14 November 2014)

Penerbit           : Mizan

Tebal Hal.        : 244


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Made with by Odd Themes

© 2013 Odd Themes, Inc. All rights reserved.