Sepenggal Kisah Tentang Kita


Ya Allah….

Jika memang Engkau catatkan dia adalah milikku…
Satukanlah hatiku dan hatinya…
Titipkanlah kebahagiaan pada kami selamanya..
Agar kemesraan tak lapuk oleh masa…

Namun Ya Allah…

Jika memang dia tidak tercipta untukku
Berikanlah kami kekuatan..
Hilangkanlah rasa yang ada selama ini...
Jauhkanlah dari pandangan kami…
Para hambamu yang dloif ini…



Mungkin ku dianggap biasa dengan ini semua. Namun, kalau ku boleh jujur selama ini aku merasa, bahwa apa yang kurasa lebih perih dari apa yang dirasakannya. Karena ku harus menolak sesuatu yang sebenarnya tak ku kehendaki…, sesuatu yang telah menjadi salah satu impianku selama ini…

Kurang lebih dua tahun ku memendam ini semua. Memendam rasa kagumku padanya... Dia…., dia yang ku kagumi karena kepribadiaanya. Bukan karena harta atau kedudukan yang ia punya. Sholeh, ‘alim, optimis, dan berani merupakan sekian perisai yang tak kudapatkan dalam pribadi kaum Adam lainnya. Entah……., ku berfikir seperti itu apa karena ku terlalau mengaguminya…?!? Ku sadar! Dia bukan makhluk yang sempurna. Tak sedikit kekurangan yang kutemukan dalam dirinya. Namun saya rasa itu manusiawi…, ya manusiawi…. Tuhan…., Apakah aku terlalu mengaguminya???
Ya Robbb,
Hanya kepadamulah ku pasrahkan ini semua..
Hanya engkau yang tahu bagaimana hamba…,

Jelang semester kedua..
Tuhan…., Mengapa semakin engkau akrabkan kami?? Apa sebenarnya dibalik semua ini? Cobaan atau kesempatankah…??? Dengan mudahnya lidah kami bergerak untuk selalu menceritakan kejadian atau pengalamnan sehari-hari kami. Hingga kecocokan semakin mengakrabkan kami. Ku merasa sangat cocok dengannya. Ku merasa menjadi temannya sejak lama, bahkan sejak kami kecil…., Tuhan…. Inikah yang dinamakan “orang jatuh cinta mudah salah paham??”

Hingga suatu ketika….,
Awal semester 5, kurang lebih tiga bulan yang lalu….
Ya Allah…….
Ternyata perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan. Tanpa kusadari dia juga merasakan apa yang ku rasakan. Entah dengan apa ku bisa mewakili perasaanku saat ini. Bahkan dia benar-benar serius untuk menjadikanku pendamping hdupnya….
Namun…..,
Hamba sadar.., hamba perempuan yang sangat lemah. Begitu lihainya setan menghasud hamba untuk ingin dan ingin selalu mendekat dengan lawan jenis. Mungkin itu naluriah. Tapi…, hamba merasa sangat sulit untuk mengendalikannya. Hamba juga masih merasa dini untuk memikirkan siapa pendamping hamba. Entah…., hamba juga takut, ketika kami saling mengetahui perasaan ini, bisakah hamba menahan “keinginan-keinginan”hamba??? karena itu…….., “Tuhan…, kuatkan hamba untuk mengatakan kata tidak padanya”. Tuhan…., hal ini benar-benar perih. Karena ku harus mengatakan apa yang sebenarnya tak ingin kukatakan…. Allah….,

Hingga akhirnya…..,
03 September 2009
Ya Allah.. Malam ini ku bulatkan tekadku. Ku bulatkan tekadku tuk mengatakan apa yang menjadi uneg-uneg ku selama ini padanya. Ya Robb, hamba sadar dan paham bahwa mungkin ini kan menyakiti hatinya. Namun,… hamba tidak tau siapakah yang akan membimbing hamba kelak untuk menuju Ridlo-Mu… dan hamba tak ingin menyakitinya lebih jauh. Karena hamba tau, dia amat menyayangi hamba. Begitu pula hamba. Hamba juga amat menyayanginya…., hamba pun sedih jika mengetahui dia bersedih….
04 September 2009
Ya Robb…
Prasangka hamba benar! Prasangka hamba tidak meleset. Entah kata apa yang pantas bagiku untuk mewakili perasaannya saat ini. Marah, kecewa, kaget, entahlah…
Hari ini, tepatnya pagi ini, kita berbicara panjang mengenai apa yang kusampaikan tadi malam. Saya sedih bahkan menyesal, jika saya melihat efek dari perbuatan tekad saya semalam. Selama berbicara tadi, intinya saya tetap meyakinkannya bahwa saya “tidak” padanya. Tiga kali ku mempertegas untuk “tidak” padanya…. Ya Allah…

Ya Robb..
Sesaat menjelang peristiwa itu, ku semakin yakin kalau dia amat menyayangiku.
Tuhan…., ku benar-benar menyesal!!! Temani dan hibur dia Ya Robb…
Berikan dia pasangan yang baik. Pasangan yang bisa patuh akan bimbingannya untuk menuju ridlo-Mu… Dia begitu tulus…
Bukan ini yang saya inginkan, tidak lain agar kita bisa terus berteman walau kita ternyata tidak ditakdirkan untuk hidup bersama. Saya tidak ingin adanya sakit yang lebih jauh diantara kita. Sungguh sampai saat ini, tidak ada laki-laki selainnya yang bersikap seperti ini padaku. Namun, biarkan ku cukup mengirimnya dengan beribu do’a. Karena ku merasa sungguh tidak adil jika ku tetap berusah dekat dengannya, sedang kata “tidak” sudah sangat lantang kuucapkan. Walaupun sungguh ya Robb…, bagiku itu sangat sulit, sulit dan sulit. Tuhan…., Kita memang benar-benar merasa kehilangan, jika apa yang kita punya sudah leyap dari tangan kita…

05 September 2009
Seperti biasa…, sama dengan hari-hari sebelumnya. Tapi ku merasa lebih bahagia,. Lewat tulisannya yang tidak sengaja kutemukan, dia merasa lebih terhibur. Dia sudah ada yang menemani. Ku hanya bisa berdoa pada-Nya…, “bahagiakan dia ya Robb…!!”
Ingin rasanya kuhadir tuk menemaninya….,
Namun, di lain sisi ku merasa sangat sedih! Ku sudah tidak dapat membendungnya…, Dia tidak merespon apa yang aku sampaikan. Tapi mungkin lebih tepatnya aku yang bodoh!! Memang semua itu tidak butuh direspon… kalau memang aku berani nerkata “tidak”, mengapa aku masih ingin direspon olehnya?!? Ya Robb.., karena mungkin aku sudah terbiasa. Ya aku sudah terbiasa!!! Tuhan…

06 September 2009
Saya semakin sakit, sakit dan sakit…, entah!!
Entah untuk siapa kutulis semua ini. Kawan hibur aku. Aku sudah payah menutupi ini semua. Tapi ku tak mengerti mengapa ku tetap memilihnya..
Kawan…
Menyembunyikan sesuatu itu sulit, sakit, perih….

07 september 2009
Sungguh…, air mata semakin deras menemaniku. Ketika ku asyik bermunajat dengan-Nya….
Ya Allah….
Jika memang Engkau catatkan dia adalah milikku…
Satukanlah hatiku dan hatinya…
Titipkanlah kebahagiaan pada kami selamanya..
Agar kemesraan tak lapuk oleh masa…

Namun Ya Allah…

Jika memang dia tidak tercipta untukku
Berikanlah kami kekuatan..
Hilangkanlah rasa yang ada selama ini...
Jauhkanlah dari pandangan kami…
Para hambamu yang dloif ini…

Tetesan air mataku pun berebut keluar untuk ikut meng amin-i nya…
Pada jam 1 dini hari ketika ku curhat pada-Nya, dia datang padaku lewat smsnya……
Dia…., dia….., dia……….,
Ya Allaaaaaaaah……………,,,,!! Kuatkan hamba… Mengapa dia harus seperti ini disaat ku benar-benar menyayanginya…


Bersambung…

1 komentar: Leave Your Comments

  1. Ku tunggu lanjutannya. Senga'. Je' tabung tho'.. :-)

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Made with by Odd Themes

© 2013 Odd Themes, Inc. All rights reserved.